Senin, 29 Juni 2015

MAKALAH : PERAN PENTING SUPERVISI BAGI GURU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guru adalah salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan. Setragis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasaan materi pelajaran, sedangkan bersifat menentukan karena guru yang memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru adalah kinerjanya di dalam merencanakan / merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Guru selaku pelaku pendidikan harus memberikan wawasan, pemahaman, dan juga kesadaran kepada para peserta didiknya tentang arti dan makna penting perubahan kearah kemajuan hal ini penting dilakukan karena guru memegang peranan kunci bagi kemajuan pendidikan. Guru memang bukan faktor tunggal, tetapi fakta menunjukkan bahwa guru adalah faktor yang determinan.[1]    
Guru adalah jabatan yang mulia sebagai sebuah sarana transfer of knwoledge (transfer pengetahuan) Guru adalah factor penting dalam rangka mengantarkan peserta didik untuk mengarungi cakrawala luasnya ilmu pengetahuan yang ia peroleh. Sehingga di sini guru dituntuk berperan aktif dalam rangka proses Belajar Mengajar. Guru adalah merupakan objek dari sasaran supervisi untuk perbaikan mutu guru kearah yang lebih baik, dalam rangka pelaksanaan supervisi terhadap guru di lapangan tentunya banyak faktor yang menjadi kendala / problem yang butuh penanganan yang serius yang tentunya akan kita bahas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah peran guru ?
  2. Apa problem-problem yang dihadapi guru ?
  3. Bagaimana sikap guru terhadap supervisi
C. TUJUAN PEMBAHASAN
  1. Untuk mengetahui tentang peran guru
  2. Untuk mengetahui tentang problem-problem yang dihadapi oleh guru
  3. untuk mengaetahui tentang sikap guru terhadap supervisi
  


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Peran guru dalam pembelajaran
Guru dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan ugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.[2]
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam perkembangannya membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunuukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik.[3]
Minat, bakat kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oelh peserta didik idak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini, guru harus memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Hal ini dapat kita contohkan dalam suasana pendidikan yang biasa kita liat diingka sekolah dasar, dimana dalam satu kelas  biasanya kita lihat ada perkelahian antar siswa, berbuat gaduh, menangis dan masih banyak lagi contoh-contoh yang dapat kita ambil. Di sini peran guru menetukan dalam rangka untuk menciptakan suasana yang baik dan kondusif untuk perjalanan sebuah pembelaran.
Memahami uraian diatas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik.mereka memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya manusia (SDM) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan bangsa, dan negara.[4] Sehingga dulu sering kita dengarkan istilah bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Dihitung dari pengabdiannya yang dicurahkan secara tulus untuk kemajuan bangsa ini dengan berkecimpung dalam dunia pendidikan
Guru harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik. Agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut;
1.      Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
2.      Teman, tempat mengadu, dan menguarakan perasaan bagi pesera didik.
3.      Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4.      Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua unuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5.      Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
6.      Membiasakan peserta didik untuk selalu berhubungan (bersilaurrahmi) dengan orang lain secara wajar.
7.      Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpesera didik, orang lain dan lingkungannya.
8.      Mengembangkan kreatifitas.
9.      Menjadi pembantu ketika diperlukan.[5]          

B. Kendala-Kendala yang dihadapi guru di sekolah
Menengok dari peran guru di atas, ada banyak masalah yang terjadi di lapangan dalam penerapan supervisi yang mana ini juga perlu penyikapan serius untuk pencapaian sebuah problem solving yang baik. Yang diungkapkan oleh para tokoh-tokoh pakar supervisi.
Menurut Beeby sebagaimana dikutip oleh Binti Maunah menjelaskan bahwa Keterlaksanaan pembinaan profesional guru di Indonesia bukanlah tanpa kendala, sejak awal kendala-kendala yang teridentifikasi adalah kurang memahami kemampuan supervisor, sehingga pelaksanaannya tidak lebih suatu kegiatan adminisrasi rutin; kurang lancarnya komunikasi dan transportasi akibat kondisi geografis; sistem birokrasi terbaginya loyalitas supervisi sebagai dampak dualisme pengenalan (di sekolah dasar); dan sikap guru serta supervisor terhadap pembaharuan pendidikan.[6]
Sedangkan menurut laporan dari BP3K terkait dengan hasil evaluasi terpadu kurikulum pendidikan dasar dan Menengah, adalah :
ü  Pelaksanaan supervisi yang kadang-kadang cenderung ke supervisi
ü  Kurang jelasnya pembedaan fungsi administrasi dan supervisi dari pedoman yang ada, sehingga para kepala sekolah tidak dengan melaksanakan tugas masing-masing fungsi dengan baik.
ü  Kurangnya tenaga guru yang dikaitkan dengan keefektifan supervisi.
ü  Kurangnya sarana yang diperlukan untuk menunjang kegiatan supervisi dalam melakukan pembaharuan kurikulum. [7]
Kemudian terkait dengan kendala-kendal yang dihadapi guru adalah :
1. Sistem pembinaan yang kurang memadai, karena :
a.       Pembinaan lebih menekankan aspek administratif dan melalaikan aspek profesi.
b.      Kurangnya tatap muka antara pembinaan dan guru.
c.       Kurangnya penambahan pengetahuan dari para pembina, sehinga tidak mengamati perkembangan baru dalam berbagai mata pelajaran.
d.      Pembina masih menggunakan jalur tunggal dan searah dari atas ke bawah.
e.       Potensi guru sebagai pembina rekan guru lain kurang digunakan.
2.      Sikap mental yang kurang menunjang kegiatan supervisi, misalnya: hubungan profsional yang kaku dan kurang akrab antara "atasan" dan "bawahan", akibat sikap otoriter pembina; Pembina dan guru tertentu menganggap diri sudah cukup berpengalaman sehingga mereka merasa sudah tidak perlu belajar lagi. Pembina dan guru terlalu cepat puas atas hasilbelajar dan  berfikir bahwa dengan cara demikian sebagaian besar murid akan naik kelas dan lulus ujian.
3.      Kurang terkordinatnya kegiatan pembinaan berbagai pihak yang berwenang di lapangan, baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga membingungkan para guru.
4.      Persepsi, respon, dan sikap guru terhadap supervisi.[8]
Perbaikan atau peningkatan mutu pengajaran di sekolah berkaian erat dengan kefektifan layanan supervisi. Karena itu, sudah seharusnya pula para ssupervisor mendorong guru agar berupaya melakukan peningkatan kemampuan persna dan profesionalnya. Observasi kelas adalah salah satu wahana yang dapat digunakan untuk mendapatkan perubahan atau perbaikan unjuk kerja mengajar guru. Karena itu, supervisor diharapkan dapat menggiring perhatian guru dalam wawancara supervisi terhadap temuan spesifik dari observasi kelas, dengan harapan minat, dan kemampuan guru dibangkitkan untuk melakukan perubahan atau perbaikan unjuk kerja mengajarnya.
Beberapa pakar supervisi menegaskan pentingnya observasi kelas dan wawancara supervisi. Keefektifan layanan supervisi di sekolah tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah, karena ialah yang dianggap pemimpin pengajaran di sekolahnya. Keberhasilan melembagakan observasi kelas dan wawancara supervisi menentukan kualias kompetensi profesionalitasnya, karena untuk mmewujudkan diperlukan kemampuan membangun yang baik dengan seluruh staf sekolah.[9]
Kemampuan mengaktualisasikan hubungan itu, menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang sejatit, karena ia mampu memadukan dalam arti untuk saling melengkapi, pola karakteristik guru, sebagai bawahannya.
Kindsvatter dan Wilen menjelaskan sebagaimana diungkapkan oleh Binti maunah bahwa observasi kelas dan wawancara supervisi pada hakikatnya dapat menyebabkan berbagai bentuk kecemasan dan ketakutan terhadap guru, untuk itu hasil positif wawancara supervisi, sulit dicapai. Di sinilah letak perlunya komunikasi interpersonal selama wawancara supervisi yang diharapkan dapat memberikan dampak perbaikan pengajaran, baik yang segera dapat diamati, maupun untuk perbaikan unjuk karja mengajar berikutnya.
Observasi kelas dan wawancara supervisi sangat terbatas walaupun sebagai teknik supervisi hal itu telah dikenal baik dengan para supervisor. Kegiatan itu, bahkan dipandang cukup efektif digunakan untuk membantu guru guna meningkatkan kualitas unjuk kerja kelas.
Kajian tentang sikap guru terhadap supervisi menjelaskan bahwa merujuk sejumlah hasil penelitian beberapa pakar supervisi pengajaran, temuan yang dilaporkan antara lain :
1.      Supervisi yang efektif harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang seuai dengan perubahan sosial dan dinamika kelompok.
2.      Para guru menghendaki supervisi dari kepala sekolah, sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh tenaga personil yang berjabatan supervisor.
3.      Kepala sekolah tidak melakukan supervisi secara baik.
4.      Semua guru membutuhkan supervisi dan mengharapkan untuk disupervisi.
5.      Para guru lebih menghargai dan menilai secara positif perilaku supervisor yang hangat, saling mempercayai, bersahabat dan menghargai guru.
6.      Supervisi dianggap bermanfaat bila direncanakan dengan baik, supervisor menunjukkan sikap membantu dan menyediakan model-model pengajaran yang dipandang efektif
7.      Supervisor memberikan peran sera yang cukup tinggi kepada guru unuk pengambilan keputusan dalam wawancara supervisi.
8.      Supervisor mengutamakan pengembangan ketrampilan hubungan insan seperti halnya dengan kemampuan teknis.
9.      Supervisor seharusnya menciptakan iklim organisasional yang terbuka, yang memungkinkan pemantapan hubungan yang saling menunjang (supportive).

C. Sikap guru terhadap supervisi
Perbaikan atau peningkaan mutu pengajaran di sekolah berkaitan erat dengan proses supervisi. Dalam hal itu, sudah seharusnya supervisor (kepala sekolah) yang merupakan unsur penting bagi keefektifan layanan supervisi mendorong guru agar berupaya melakukan peningkatan diri sendiri. Observasi dan pertemuan (tatap muka) adalah salah satu wahana yang dapat digunakan untuk mendapatkan perubahan (penampilan) mengajar itu. Karena itu supervisor diharapkan merumuskan  guru melaui pertemuan terhadap pengamatan (observasi) tertentu dan spesfifik dengan harapan akan diperoleh minat dan keinginan untuk membantu terjadi perubahan atau perbaikan penampilan mengajar. Karena itu beberapa pakar supervisi menegaskan  pentingnya observasi dan pertemuan bahkan dikatakan sangat central, inti, atau tulang punggung dari proses supervisi. keberhasilan proses supervisi di sekolah tidak dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah, karena ialah yang dianggap sebagai pemimpin pengajaran di sekolahnya.[10]
Keberhasilan melembagakan observasi dan pertemuan dalam proses supervisi menunjukkan pula kualitas personal dan kemampuan profesional, karena untuk mewujudkan pula kualitas personal dan kemampuan profesional karena untuk mewujudkan diperlukan kemampuan membangun hubungan dengan seluruh staf sekolahnya. Kemampuan mengaktualisasikannya itu menunjukkan pula kemampuan kepemimpinan sejati, bahkan ia mampu memadukan  untuk saling melengkapkan pola karakteristik personalnya dengan tujuan dan karakteristik para guru sebagai bawahannya. [11]
Kindsvatter dan Wilen sebagaimana yang dikutip oleh Binti Maunah menjelaskan bahwa observasi dan pertemuan supervisi pada hakikanya dapat menyebabkan berbagai bentuk kecemasan dan ketakutan terhadap guru. Kepala sekolah hendaknya mampu mengembangkan ketrampilan yang memungkinkannya kecemasan-kecemasan semacam itu, dan selanjutnya meredamnya atau menguranginya. Jika ia mengabaikannya, maka hasil positif pertemuan supervisi sulit dicapai. Di sinlah letak perlunya komunikasi inerpersonal selama pertemuan supervisi yang diharapkan dapat memberikan dampak perbaikan pengajaran, baik yang segera dapat diamati, maupun untuk penampilan yang akan datang.

 

D. Pemecahan Terhadap Problem Guru
Ada beberapa awaran solusi pemecahan terhadap problem-problem yang dihadapi guru di lapangan, yaitu :
  1. Membantu guru-guru yang belum berpengalaman.
  2. Membantu guru-guru yang sedia membantu guru yang tidak hadir (subtitute teacher).
  3. Membantu guru-guru yang bekerja kurang efektif.
  4. Membantu guru-guru yang superior.
  5. Membantu guru-guru yang mempunyai kelemahan pribadi.
  6. Membantu guru-guru yang kurang rajin.
  7. Membantu guru-guru yang kurang demokratis.
  8. Membantu guru-guru yang kurang bergairah / pudar.
  9. Membantu guru-guru yang selalu menentang.
  10. Membantu guru-guru yang terlalu lama bekerja rutin.
  11. Membantu guru-guru yang menghadapi keruwetan dalam masalah disiplin. 

E. Paradigma yang harus dibangun guru
Setelah mengetahui tentang pemecahan masalah diatas maka yang harus dilakukan guru adalah :
  1. Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi mengembangkan dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar, lokakarya, dan kegiatan sejenisnya. Guru jangan terjebak pada aktifitas datang, mengajar, pulang, begitu berulang-ulang sehingga mengembangkan potensi diri secara maksimal.
  2. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang aktif, inovatif,kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Guru harus menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar-mengajar berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan.
  3. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani, mandiri, dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
  4. Guru mampu momodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih bervariasi.
  5. Guru menyukai apa yang diajarkanya dan menyukai mengajar sebagai suatu profesi yang menyenangkan.
  6. Guru mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir sehingga memiliki wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini.
  7. Guru mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat luas dengan selalu menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji dan mempunyai integritas yang tinggi.
  8. Guru mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan zaman sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tidak menentu yang membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru sebagai sentral dari perjalanan keberhasilan anak didik memiliki peran yang pastinya meimiliki kompleksitas problem yang dihadapi dalam akifias kesehariannya, untuk itu guru harus bisa menempatkan diri pada posisinya sebagaimana mestinya, karena tiada orang yang tiada kan bisa lepas dari masalah.
Guru sangat perlu pula adanya supervisi guna adanya sebuah perbakan dalam model dan sistem mengajarnya, sehingga  mencipa pola mengajar yang lebih baik, dengan supervisi ini pula seorang guru bisa mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki, sehingga akan bertindak sesuai dengan tugas yang seharusnya dilaksanakannya.
Observasi kelas dan wawancara supervisi pada hakikatnya dapat menyebabkan berbagai bentuk kecemasan dan ketakutan terhadap guru, untuk itu hasil positif wawancara supervisi, sulit dicapai. Di sinilah letak perlunya komunikasi interpersonal selama wawancara supervisi yang diharapkan dapat memberikan dampak perbaikan pengajaran
B.     Saran
Karena minimnya referensi terkait dengan supervisi yang beredar di lapangan dimohon bagi para mahasiswa untuk mengkaji lewat penelusuran lain yang mendukung
DAFTAR PUSTAKA

Naim, Ngainun, Rekonstruksi Pendidikan Nasional Membangun PAradigma Yang Mencerahkan, Yogyakarta: TERAS, 2009.
Maunah, Binti, Supervisi Pendidikan Islam, (teori dan prakteknya), Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2008.
Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, Bandung: P. Remaja Rosda Karya, 2005.
Undang-undang nomor 14 tahun 2005



[1] Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional Membangun PAradigma Yang Mencerahkan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), 10.
[2] Undang-undang nomor 14 tahun 2005
[3] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: P. Remaja Rosda Karya, 2005), 35.
[4] E. Mulyasa, Menjadi……………36.
[5] E. Mulyasa, Menjadi……………36.
[6] Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam, (teori dan prakteknya), (Tulungagung: STAIN ulungagung Press, 2008), 95.  
[7] Binti Maunah, Supervisi .........................., 95.  
[8] Binti Maunah, Supervisi .........................., 96.  
[9] Binti Maunah, Supervisi .........................., 97.  
[10] Binti Maunah, Supervisi .........................., 100.  
[11] Binti Maunah, Supervisi .........................., 100.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar